Berat rasanya kakiku melangkah meninggalkan kampung halamanku.
Walaupun disana tidak seindah ibukota, tetapi disanalah aku dibesarkan, ditempa dan disanalah orang-orang yang kucintai berlabuh.
Tetapi demi hari esok, ku rela meninggalkan mereka.
Kubiarkan mereka teriris,kubiarkan mereka menangis.
Hanya dengan segenggam tekad dan seberkas harapan dihati, kulangkahkan kaki menuju Jakarta.
Aku masih ingat tatapan dua bola mata itu, begitu sayu dan memilukan.
Dengan perlahan tapi pasti bulir-bulir bening mengalir dari kelopak matanya yang mulai mengerut tertelan usia.
Dengan kedua tangannya yang melemah ia berusaha memelukku sekeras mungkin, seakan tidak mau melepasku.
Kata-katanya masih menggema jelas di telingaku.
Ia berpesan agar aku tidak jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Ia ingin aku mengangkat derajat keluarga.
Ia tidak ingin aku hanya menjadi petani sepertinya.
Dan aku berjanji untuk itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar