Cari Blog Ini

Selasa, 30 Maret 2010

Ujian Praktik Laboratorium

Calon Bupati Melawi



Dukung terus Pak Tusep Eka Burang menjadi Bupati Melawi periode 2010-2015.

Me & My Friends




Latihan Capping Day di TMII...

Juna & Riandy




ANAK KOST

Calon Perawat



Papa, Mama...
Mudah-mudahan papa sama mama bangga melihat aku mengenakan baju ini....
Hanya ini yang bisa ku persembahkan....
Ku tahu sekarang aku bukan siapa-siapa...
Tapi aku janji aku akan berusaha lebih keras lagi...
Aku akan membuktikan bahwa aku pantas di sebut anak mama sama papa...
Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kalian berikan...
Thank's Mam...
Thank's Dad...

CAPPING DAY



Hari ini, tanggal 24 maret 2010 adalah hari bersejarah bagiku.
Karena hari ini aku mengikuti ucap janji mahasiswa keperawatan atau " capping day "
Sejak saat itu aku resmi menjadi seorang mahasiswa perawat.
Awalnya aku tidak percaya bahwa aku akan menjadi seorang perawat, karena memang aku tidak pernah bercita-cita menjadi perawat, tetapi mulai hari ini aku akan berusaha untuk menjadi perawat yang profesional. Sehingga aku bisa membahagiakan keluargaku, khususnya kedua orangtuaku tercinta.

Minggu, 28 Maret 2010

who i'm?




Namaku Juna,
Aku dilahirkan di Tempunak, tanggal 11 Januari 1991 pukul 05.00 wiba.
Menjadi anak ke enam dari enam bersaudara membawa arti tersendiri dalam hiupku.
Masa kecilku kulalui bersama kedua orangtuaku dan saudara-saudariku.
Kurasa keluargaku cukup harmonis.
Saat aku menginjak usia enam tahun aku masuk SD di kecamatanku.
Waktuku mulai berkurang di rumah.
Setiap hari aku pergi ke sekolah menggunakan sampan.
Rumahku yang terletak jauh dari sekolahan membuat aku harus berangkat lebih cepat dari teman-temanku. Orangtuaku selalu mensuport aku, sehingga aku selalu semangat menempuh hari-hariku.
Ketika aku kelas dua SD, ayahku mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kaki kanannya cacat sampai sekarang.
Aku merasa sangat sedih. Seakan-akan langit semakin dekat dengan kepalaku.
Aku harus memanfaatkan waktu luangku untuk membantu ibu.
Aku harus membedakan yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan.
Aku tidak bisa membeli mainan yang baru seperti teman-temanku.
Aku tidak bisa jajan seenak perutku.
Sejak saat itu aku mulai memikirkan masa depanku.
Walaupun berat, tapi aku berusaha melewati hiupku dengan senyum,waluapun lebih banyak cemberutnya. Akhirnya aku dapat menyelesaikan SDku dengan nilai yang memuaskan.
Saat semua teman-teman sibuk merencanakan untuk melanjutkan ke SMP, aku bingung. Haruskah aku meminta untuk melanjutkan juga dengan keadaan keluarga yang pas-pasan, dan tenaga dan waktuku yang sangat diperlukan?
Ternyata ibuku mengetahui isi kepalaku.
Suatu ,malam dia bertanya apakah aku mau melanjutkan pendidikanku. Aku hanya diam.
Aku tidak berani berkata apa-apa. Karena aku tahu itu tidak mungkin kulakukan.
Tetapi dengan lembutnya beliau berkata. " Ibu tahu kamu mau melanjutkan sekolahmu ke SMP." Aku terdiam menatap kedua matanya yang sayu dan lembut. Ia melanjutkan kata-katanya lagi, " Sekarang Ibu belum punya uang, tapi kamu mau kan bantu Ibu noreh sampai penerimaan mahasiswa baru dimulai?"
Dalam hatiku aku tertawa. Akhirnya aku dapat lampu hijau.
Penerimaan siswa barupun dimulai. Dengan wajah berseri penuh semangat aku diantar Bapakku pergi mendaftar ke SMP Negeri 1 Nanga Tempunak. Selama tiga tahun aku akan ditempa di SMP tersebut.
Hari-hariku di SMP kulalui dengan suka dan duka. Banyak peristiwa mengesankan yang terjadi disana. Saat aku SMP, Bapak dan Ibuku tinggal di ladang, jadi, hampir setiap hari setelah pulang sekolah aku langsung menyusul ke ladang untuk membantu bapak dan ibu. Aku tinggal berdua bersama kakakku. Aku juga pernah jatuh cinta. Aku pernah jatuh sakit saat kelas dua SMP yang membuat aku hampir putus sekolah, Tapi dengan dukungan dari kedua orangtuaku, saudara dan teman-temanku akhirnya aku berhasil menyelesaikan studiku di SMP tepat waktu dan dengan nilai yang memuaskan. Aku mendapat peringkat umum kedua. (to be continuoud....)

Puisiku

Hari demi hari ku lalui dalam kesendirian.
Malam demi malam kulalui dalam keheningan.
Seandainya masih ada lilin kecil yang menerangi relung hati, tentu tidak akan sekelam ini.
Dia telah pergi. Dia tak kembali. Tinggal aku seniri, terpaku dalam sendu, terpana dalam duka.
Jiwaku merana, hasratku meronta, batinku tersiksa.
Tapi aku siap menunggu, walaupun seribu tahun lagi.
Karena aku yakin akan datang lilin baru.
Lilin besar yang akan menerangiku sampai ku menutup mata.

Sabtu, 27 Maret 2010

Putra XII IPS 1 SMA PS



Inilah putra penerus bangsa kebanggaan SMA Panca Setya Sintang :
1. Hanafi Aron
2. Juna
3. Mardani
4. Obeet
5. Ardi
6. Thomas
7. Virgo
8. Matius
9. Alex
10. Marno
11. Bruno
12. Erick
13. Aryanto
14. Suparmanto
15. Dony
16. Aidi; dan
17. Polinus Irwandi

SMA PANCA SETYA



Selama 3 Tahun aku mengenyam pendidikan di SMA Panca Setya Sintang.
Banyak hal kudapatkan disana. Suka dan duka ku lalui bersama teman-temanku.
Sekarang kami semua terpisah. Ada yang kebarat,ketimur,utara dan selatan.


Rombongan Aspura PHI di TMII

Jugam Menuju Ibu Kota

Berat rasanya kakiku melangkah meninggalkan kampung halamanku.
Walaupun disana tidak seindah ibukota, tetapi disanalah aku dibesarkan, ditempa dan disanalah orang-orang yang kucintai berlabuh.
Tetapi demi hari esok, ku rela meninggalkan mereka.
Kubiarkan mereka teriris,kubiarkan mereka menangis.
Hanya dengan segenggam tekad dan seberkas harapan dihati, kulangkahkan kaki menuju Jakarta.
Aku masih ingat tatapan dua bola mata itu, begitu sayu dan memilukan.
Dengan perlahan tapi pasti bulir-bulir bening mengalir dari kelopak matanya yang mulai mengerut tertelan usia.
Dengan kedua tangannya yang melemah ia berusaha memelukku sekeras mungkin, seakan tidak mau melepasku.
Kata-katanya masih menggema jelas di telingaku.
Ia berpesan agar aku tidak jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Ia ingin aku mengangkat derajat keluarga.
Ia tidak ingin aku hanya menjadi petani sepertinya.
Dan aku berjanji untuk itu!

Juna


Menjadi Patroli Keamanan Sekolah adalah suatu kebanggaan bagiku.